Wednesday, March 23, 2011

Teman Perjalanan Pagi ini

Pagi ini, seperti biasa, saya menyusuri jalan yang sama. Jalan yang membawa saya ke kampus. Melewati semacam perkampungan yang diriuhi anak anak bahkan orang tua, yang duduk duduk di teras rumah. Takseorang pun yang saya kenal, hanya sekedar pernah melihat karena kebiasaan mereka selalu menemani perjalanan limabelas menit saya setiap pagi. Mungkin suatu saat saya akan berbincang dan mengenal mereka lebih dekat entah untuk alasan apa.

Jalanan yang saya lewati merupakan sebuah gang yang juga memiliki cabang cabang kecil lain di beberapa tempat. Juga sebuah gang menuju komplek perumahan. Mata saya tersirobok pada suatu sosok. Sosok yang saya kenal betul selama satu semester. Sosok seorang teman yang senang akan kesendiriannya. Sosok yang mengenakan sweater abu abu dengan kupluk di kepala dan tas punggung. Sedangkan tampak depan, sosok itu selalu menyampirkan headset ke telinganya. Mungkin mendengar lagu kesukaannya atau mungkin sedang berbincang asik di telepon.

Sebelumnya saya sudah mengetahui bahwa seorang teman tinggal di daerah yang sama dengan saya. Tapi belum pernah sekalipun kami berpapasan di jalan. Atau seperti pagi ini saat saya melihat sosoknya yang berjalan dengan caranya yang khas, di depan saya, keluar dari arah kompleks perumahan. Sengaja saya pelankan langkah, pikiran saya bermunculan banyak pertanyaan. Dan kalimat “AHA, akhirnya hari itu datang juga”. Saya merangkai untaian kata yang sekarang saya tuangkan disini. Beberapa pertanyaan yang entah kapan akan saya tanyakan langsung padanya. Pada teman yang lebih suka menutup dirinya.

Bandung, 24 March 2011

Saturday, March 12, 2011

Hati Hati

Siang ini saya belajar tentang hati. Membuka sembarang halaman di buku TOGOG, saya menemukan tulisan tentang Hati. Hati orang siapa yang tahu, begitu banyak yang bicara seperti ini bukan.

Menilik diri sendiri, saya juga tidak tahu bagaimana dengan milik saya ini. Apakah hati saya bersih atau tidak. Apakah hari ini, sehari penuh, hati saya akan dipenuhi kesenangan dan keceriaan atau tidak. Saya pun taktahu. Mungkin saja siang nanti, saat panas menggantikan kabut yang menusuk tulang pagi ini datang, hati saya pun menjadi panas, gerah lalu berubah amarah.

“Hati hati dengan hati// Hati hati mencari hati//”
Tiba tiba saya teringat sepenggal lagu. Yang menyanyikannya saya lupa siapa.
Hati hati dengan hati. Mungkin maksudnya berhatihatilah dengan hati orang lain. Jangan sampai menyakiti hati orang lain. Sebaiknya senangkanlah hati lain agar hatimu juga akan mendapatkan rasa senang yang mungkin lebih besar dari yang bisa kau berikan pada orang lain.
Hati hati mencari hati. Mendapatkan teman dekat atau kekasih bukanlah hal yang mudah bukan. Kita harus tahu bagaimana hatinya, bagaimana pengaruhnya terhadap hati kita. Tentu saja takada yang ingin punya kekasih yang hanya bisa membuat sakit hati. Teringat lagu Meggy Z,

“daripada sakit hati // lebih baik sakit gigi ini”.

Sebenarnya hati itu ada di sebelah mana dalam diri kita? Apakah berwujud? Dalam pelajaran biologi tentang anatomi, takditemukan hati. Adanya liver, jantung, dan paru. Tentunya takbisa disamakan dengan “ati-ampela” bukan. Saat sakit hati, senang hati, selalu yang kita tunjuk adalah dada(qalb). Tapi, “hati itu sendiri bukanlah gumpalan daging yang jika kau lemparkan sepuluh buah ke arah seekor anjing tidak akan membuatnya kenyang”. (Ahmad Sam’ani dalam Ruh-ruh yang tenang dalam menjelaskan namanama Raja Sang Penakluk)

Ada baiknya kita menjaga hati agar tetap bersih, mungkin tidak bersih sepenuhnya seperti bayi yang baru lahir, namun sebisamungkin jangan menambah virus virus yang bisa merusak hati.